Jessica

Menjelang lulus SMA, kita semua pasti bingung mau melanjutkan kuliah kemana dan belajar jurusan apa. Aku pun juga begitu, setelah tanya kiri kanan, minta saran sana sini, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah Chinese Education di Guangzhou, China. Lalu, pada bulan Agustus 2010 aku terbang ke Guangzhou.

Seneng banget bisa kuliah di luar negeri. Kesan pertama begitu mendarat di Guangzhou adalah,”Airport nya bagus yah.” Aku sekarang kuliah di Jinan University, sudah 3 tahun lebih kuliah di universitas tersebut, sekarang sudah semester ke 7.  Di kampusku banyak murid-murid yang berasal dari luar China yang datang untuk belajar mandarin, dan negara dengan murid terbanyak adalah Indonesia. Jadi, di kampus ku banyak sekali orang Indonesia, membuatku serasa kuliah di Indonesia saja.

Bahasa pastilah menjadi kendala utama bagi orang yang ingin kuliah di luar negeri. Di Guangzhou, mau beli roti, shopping, tanya jalan, semuanya harus menggunakan bahasa mandarin. Untungnya aku di Indonesia sudah belajar mandarin sejak kecil, jadi masih cukup untuk bahasa keperluan sehari-hari. Karena Guangzhou dekat dengan Hongkong, maka pengaruh Cantonese sangat besar. Banyak orang yang menggunakan Cantonese disini. Tapi aku tidak mengerti Cantonese sama sekali, jadi kalau ada orang yang menggunakan Cantonese ke aku, aku akan bilang kepadanya dalam bahasa mandarin,”aku tidak mengerti Cantonese, so please pake mandarin.”

Kata para senior, tahun pertama di China pasti tambah berat badan 7-8kg, dan ini benar terbukti! Aku tambah 7,5kg dalam waktu 1 semester. Habisnya, makanan di Guangzhou enak-enak sih, dan harganya pun tidak mahal. Aku suka sekali dengan Malatang (麻辣烫), Indonesianya bisa diartikan sebagai sop pedas. Jadi kita bisa bebas memilih sayur, bakso, jamur dan daging lainnya yang kita sukai, lalu akan direbus dan disajikan dengan kuah spesial, dan rasanya enak banget, sedikit pedas. Kalau makan Malatang pas winter rasa enaknya jadi berlipat, dimusim yang dingin makan yang hangat-hangat memang paling asyik.

Jessica Suharto 2

Aku mau cerita tentang pengalaman winter (musim dingin) pertamaku di Guangzhou. Guangzhou mempunyai 4 musim (musim semi, panas, gugur dan dingin), walaupun summernya panjang dan winternya sebentar, tapi kita juga berkesempatan merasakan winter di Guangzhou. Winter di Guangzhou tidak sedingin winter di Beijing, suhu rata-rata Guangzhou berkisar antara 8-15oC. Jadi, di Guangzhou tidak akan turun salju. Pada pertengahan bulan November suhu akan mulai turun, dan pada akhir Desember sampe bulan Januari suhu akan menjadi sangat dingin. Pada saat tersebut, aku akan pakai baju berlapis-lapis dan pakai jaket yang tebal, celana pun pakai 2 lapis, aku tak tahan dingin sih. Begitu kita keluar ruangan, angin yang sangat dingin bertiup, walaupun seluruh tubuh sudah di tutupi baju dan jaket, celana pun sudah memakai 2 lapis, pakai sepatu boot, leher dibalut syal (rasanya sudah seperti ketupat saja di bungkus-bungkus), tetap saja bagian muka tidak bisa ditutupi. Jadi begitu angin bertiup, bagian muka jadi dingin sekali. Brrr…

Jessica Suharto 3

Pada saat winter, aku enggan untuk pergi keluar karena diluar dingin sekali. Jadi biasanya aku bawa laptopku ke atas kasur, maen laptop sambil ngumpet di dalam selimut tebal. Rasanya enak dan hangat sekali. Cemilan pun bawa ke atas kasur, makan di atas kasur. Kalau bukan karena perlu ke WC dan pergi makan, aku tak akan keluar dari selimutku.

Suhu yang dingin membuat tubuh kita terus membakar makanan untuk menjaga kehangatan tubuh. Alhasil, perut gampang menjadi kosong. Jadi pada saat winter, aku sering merasa lapar, malam aku sering makan camilan dan porsi makan ku makin hari makin banyak, dan setelah beberapa bulan di Guangzhou aku naik 7,5kg.Teman ku bahkan ada yang naik 13kg, dari kurus kering tiba-tiba jadi ibu hamil. OMG!

Guangzhou adalah kota utama ketiga di China, setelah Beijing dan Shanghai. Guangzhou adalah kota yang sangat maju bila dibandingkan dengan Indonesia, transportasinya pun sangat efisien, stasiun bus dan stasiun MRT (Tram) ada dimana-mana. Tersedia bermacam-macam kafe, restoran, tempat karaoke, taman bermain, dan banyak tempat hiburan lainnya. Guangzhou terkenal dengan tempat berbelanja, ada banyak shopping street disini. Selain itu, tempat wisata yang terkenal disini adalah Guangzhou TV Tower, Chimelong Water Park, Beijing Road, Yuexiu Park dan Shangxiajiu Pedestrian Street.

Bagi yang suka berwisata kuliner, kamu bisa mencobai makanan di Guangzhou. Guangzhou terkenal akan makanannya, karena di Guangzhou semua bisa dijadikan makanan, mulai dari daging anjing, sate kalajengking, dan makanan aneh lainnya. Makanan yang menurutku wajib dicicipi di Guangzhou adalah Malatang, dim sum, hot pot, Changfen (肠粉), bakpao isi, dan pangsit kuah. Dijamin tidak akan menyesal mencobanya.

Tahun lalu, aku sempat mengambil kursus membuat kue dan memasak. Si pelatih akan mempraktekan cara membuat hidangan tersebut lalu kita akan langsung mempraktekan, bahan sudah disediakan mereka. Aku belajar cara buat macaroon, tiramisu, soufflé, egg tart, dan juga berbagai macam masakan China. Seneng sih bisa berhasil membuat suatu masakan. Ini foto tiramisu yang berhasil kubuat, tiramisunya cantik bukan?

Jessica Suharto 4

Awal-awal kuliah ke Guangzhou, banyak hal yang aku belum terbiasa. Seperti, kemana-mana harus jalan kaki, naik kendaraan umum. Nah, bagi orang Indonesia yang baru ke China, pasti masih belum terbiasa akan hal ini. Selain itu, WC di China sebagian besar sangat kotor dan baunya tak sedap, apalagi WC umumnya, dari radius 3m pun sudah tercium bau tak sedapnya, hanya WC di tempat bergengsi seperti hotel berbintang barulah kamu dapat menemukan WC yang bersih.

Aku dulunya bukanlah wanita yang suka berbelanja, tapi begitu sampai di Guangzhou, aku menjadi wanita yang sering berbelanja, kira-kira sebulan sekali pasti pergi belanja. Mungkin karena harga baju-baju di Guangzhou memang lebih murah dibandingkan harga di Indonesia, dan masa-masa pertama datang ke Guangzhou ada banyak kebutuhan yang harus dibeli seperti baju dingin, jaket, sepatu boot, dll. Sekarang lemariku sudah penuh dengan baju sampai aku bingung bagaimana merapikannya.

Sekolah di luar negeri, pada awalnya mungkin susah untuk beradaptasi, banyak hal yang kita tidak terbiasa, seperti perbedaan budaya, iklim, dan lingkungan. Tetapi dengan berjalannya waktu, kita pasti akan mulai beradaptasi dan mulai terbiasa untuk hidup dinegeri tersebut. Sekarang teknologi juga sudah canggih, bila homesick kita hanya perlu menyalakan Skype dan kita sudah langsung bisa “menjumpai” keluarga kita. Jadi, jangan takut untuk mencoba kuliah di luar negeri dan good luck with your study.